Halaman

    Social Items

Naskah Drama Kematian Seorang Profesor

Inilah Naskah Drama Yang dibuat Untuk Memenuhi Tugas kita.

Naskah Drama Kematian Seorang Profesor
naskah drama



Pelaku :

Ø  Aldi Setiadi                              sebagai Adi (Ketua ODI)

Ø  Ari Hermawan                         sebagai Heri / Joni (Penjaga Rumah dan Pembunuh)

Ø  Dwicky Darmawan                 sebagai Diki (Anggota ODI)

Ø  Elsa Gusela Dwi Wahyuni      sebagai Akila (Kakak Heri dan Pembunuh)

Ø  Irfa Nasyri Shafira                  sebagai Fira (Anggota ODI)

Ø  Mediana Dewi                         sebagai Jesica (Anggota ODI)

Ø  Siti Fatimah                             sebagai Caroline (Istri Profesor)


Prolog

Suatu hari ada seorang professor yang berasal dari luar negeri datang ke Indonesia untuk melakukan uji coba, tetapi tidak berapa lama profesor itu menghilang secara tiba-tiba dan misterius. Datanglah kelompok ODI (Organisasi Detektif Indonesia) untuk membantu mengungkap sebab hilangnya itu. Ternyata sang pelaku adalah kedua anak dari seorang teman professor yang terbunuh karena dijadikan objek uji coba profesor. Yang mana salah satu dari mereka menyamar sebagai penjaga rumah di rumah profesor. Kedua pelaku merasa tidak terima atas kematian ayahnya sampai melakukan penculikan dan pembunuhan kepada pofesor. Tetapi mereka tidak tahu bahwa ada surat pernyataan bahwa ayahnya telah ikhlas menerima semua konsekuensi dan resiko atas hasil uji coba itu meskipun harus meninggal.

Babak 1

Suatu hari suatu organisasi yang disebut ODI yang ingin mengungkap alasan hilangnya seorang professor datang ke rumah professor tersebut.

Adi            : “Nah, ini dia rumah Prof. James Bryan.”(menunjuk kearah rumah)

Jesica      : “Rumahnya bagus juga.”

Adi            : “Ya, rumah ini memang bagus. Prof. James baru pindah 2 bulan yang lalu ke rumah ini.”

Jesica      : “Oh, kasihan sekali baru pindah sudah menghilang.”

Diki           : “Ish, jangan ngomong kaya gitu.”

Jesica      : “Terserah aku dong.”

Adi            : “Udah diam!”(sambil melotot)

Adi sebagai ketua ODI pun mengetuk pintu rumah professor.

Adi            : “Selamat siang.”

Seorang penjaga rumah pun membukakan pintu dan berkata.

Heri          : “Selamat siang, ada keperluan apa ya?”

Adi            : “Kami dari ODI (Organisasi Detektif Indonesia) ingin bertemu dengan istri Prof. James Bryan.”

Heri          : “Oh ya,  silahkan masuk. Tolong ikuti saya. ”

Babak 2

Semua anggota ODI dibawa ke ruang kerja profesor untuk menemui istrinya yang sedang melamun melihat kearah jendela. Kemudian meminta izin untuk melakukan penyelidikan.

Heri          : “Nyonya, ini ada tamu yang mencari anda.”

Adi            : “Selamat siang nyonya Caroline.”

Caroline   : “Selamat siang.”(melihat kearah jendela)

Adi            : “Perkenalkan kami dari ODI, kami ingin menyelidiki kasus suami anda.”

Caroline   : “Untuk apa?”(berbalik menatap ke Adi)

Fira           : “Kami ingin membantu anda untuk menemukan pelaku yang telah menghilangkan suami anda.”

Caroline   : “Kalau begitu, saya mohon bantuannya.”

Adi            : “Baik, kami akan berusaha sebaik mungkin.  Saya juga mohon izin untuk mengadakan penyelidikan di rumah ini.”

Caroline   : “Ya, silahkan.”

Adi            : “Kalau begitu, saya serahkan semuanya kepada kalian.”(menyuruh ke tiga anggota ODI)

Jesica, Fira, Diki : “Siap!”

Babak 3

Ketua ODI menyerahkan tugas penyelidikan itu kepada anak buahnya dan penyelidikan pun dimulai.

Jesica      : “Sebelumnya, bolehkah saya mengajukan beberapa pertanyaan?”

Caroline   : “Oh ya, silahkan.”

Diki           : “Sebelum profesor menghilang, terakhir kali beliau berada dimana?”

Caroline   : “Kebetulan sekali terakhir kali beliau berada di tempat ini. Ketika itu, sekitar pukul sebelas malam saya datang ke ruangan ini untuk memberikan secangkir kopi. Tetapi keesokan harinya beliau sudah tidak ada. Saya sudah mencarinya keseluruh ruangan tetapi tidak menemukannya. Padahal biasanya beliau selalu menyempatkan diri untuk menemui saya di pagi hari walaupun beliau bekerja sampai larut malam.”

Fira           : “Memangnya professor sedang mengerjakan hal apa, sampai bekerja selarut itu?”

Caroline  : “Setahu saya, beliau sedang memperbaiki proyek uji coba yang gagal 4 bulan lalu.”

Fira           : “Proyek uji coba apa?”

Caroline   : “Proyek itu tentang uji coba suatu obat yang sengaja dibuat oleh professor untuk  mencegah virus yang mematikan yang dapat menyerang manusia.”

Diki           : “Memangnya kenapa proyek uji coba yang pertama itu gagal?”

Caroline   : “Saya tidak tahu, namun yang saya tahu ada satu orang korban yang meninggal saat uji coba itu. Tetapi hal itu dirahasiakan.”

Jesica      : “Kalau begitu, sekarang kita mulai saja untuk mencari petunjuk di ruangan ini.”

Fira dan Diki : “Baik.”

Babak 4

Naskah Drama Terbaru


Di ruangan tersebut ke tiga anggota ODI menemukan beberapa berkas, diantaranya berkas keterangan tentang uji coba, sebuah surat perjanjian dan sesuatu yang sangat penting yang ditemukan oleh Fira yaitu berkas seluruh identitas korban uji coba.

Diki           : “Sepertinya ini berkas keterangan uji coba yang dilakukan profesor.”(sambil terus membaca berkas tersebut)

Jesica      : “Aku menemukan sebuah surat perjanjian yang aneh.”

Fira           : “Hey, coba lihat ini.”

Jesica      : “Bukannya ini foto penjaga rumah yang tadi?”

Diki           : “Kamu temukan ini dimana?”

Fira           : “Ini, aku temuin di berkas orang yang meninggal di uji coba itu, dan disini dikatakan foto ini adalah foto anak dari orang yang meninggal di uji coba itu.”

Ketika sedang memperhatikan wajah yang ada di foto itu, datanglah sang penjaga rumah mengantarkan minuman pada para detektif tersebut.

Heri          : “Ini saya bawakan minum untuk kalian.”

Fira           : “Oh ya, terimakasih, dan tolong panggil nyonya Caroline ke sini.”(memperhatikan wajah si penjaga rumah)

Heri          : “Baik, tunggu sebentar.”

Babak 5

Si penjaga rumah pun pergi  memanggil nyona Caroline, dan nyonya Caroline segera menemui para detektif itu.

Caroline   : “Ada apa memanggil saya?”

Jesica      : “Begini, kami ingin bertanya tentang penjaga rumah anda.”

Caroline   :”Maksud anda Heri?”

Fira           : “Oh, jadi namanya itu Heri? Sejak kapan dia bekerja disini?”

Caroline   : “Iya, namanya Heri. Dia belum lama bekerja disini. Kira-kira 2 bulan yang lalu dia bekerja disini.”

Diki           : “Tapi disini tertulis namanya itu Joni bukan Heri.”(menunju berkas identitas)

 Fira          : “Menurutku dialah pelakunya.”

Jesica      : “Tapi bisa saja kan, itu hanya kebetulan saja.”

Diki           : “Tapi dia patut dicurigai.”

Fira           : “Tenang, disini ada dua orang lagi yaitu anak perempuan dari orang yang meninggal itu. Namanya Akila dan dia seseorang yang bekerja di bidang yang sama dengan ayahnya. Sedangkan yang satunya lagi dia adalah istri dari orang yang meningga itu, tapi istrinya meninggal 2 tahun lalu karena kecelakaan mobil.”

Jesica      : “Mungkin kedua  anaknya ingin balas dendam kepada professor.”

Diki           : “Tapi kenapa harus balas dendam? Kan ada surat pernyataan dimana bahwa ayah mereka telah menyatakan akan menerima segala konsekuen atau resiko yang akan terjadi setelah uji coba itu dilakukan.”

Babak 6

Para detektif pun bingung dan terus mencari petunjuk yang pasti. Tapi, ternyata sang penjaga rumah menguping pembicaraan mereka, dan langsung menghubungi kakaknya Akila.

Heri          : “Halo, Akila aku punya berita penting untukmu.”

Akila         : “Berita apa?”

Heri          : ”Ini tentang professor yang kita bunuh.”

Akila         : “Memangnya ada apa? Apakah ada orang yang tahu bahwa kita pembunuhnya?”

Heri          : “Sampai saat ini orang-orang hanya curiga saja, tapi selain itu ada masalah yang lebih penting.”

Akila         : “Apa?”

Heri          : “Ayah kita ternyata sudah membuat surat pernyataan bahwa ia bersedia menjadi objek  uji coba dan menerima semua konsekuensi dan resiko dari uji coba itu walaupun harus mati.”

Akila         : “Jadi apa yang harus kita lakukan.”

Heri          : “Sebaiknya kita mengakui semua perbuatan kita dan meminta maaf.”

Akila         : “Tapi, tetap saja nyawa harus dibayar nyawa.”

Heri          : “Kitatidak bisa seperti itu, karena ayah kita sudah ikhlas jika dia harus mati.”

Akila         : “Jadi setelah kita mengaku bahwa kita pelakunya apa kita akan baik-baik saja? Aku tidak mau dihukum atas pebuatan kita. Lagipula mereka juga salah tidak memberitahu kita tentang surat pernyataan itu!”

Heri          : “ Sudahlah sebaiknya kita minta maaf secara baik-baik saja. Siapa tahu istri professor dapat memaafkan kita.”

Akila         : “Kalau begitu aku akan segera ke sana sekarang.”

Babak 7

Akila segera bergegas menuju ke rumah profesor. Disampin itu, para detektif sedang mencari bukti untuk meyakinkan siapa pelakunya.

Fira           : “Kenapa ya, aku yakin sekali kalau si penjaga rumah ada kaitannya dengan hilangnya Prof. James?”

Jesica      : “iya, aku juga.”

Fira           : “Aku sangat curiga, tapi kita belum punya bukti untuk menuduh si pelaku.”

Babak 8

Setelah sampai, Akila dan Heri masuk ke ruangan profesor dan mengakui dirinya itu adalah pelakunya.

Akila         : “Sudah, hentikan saja pencarian kalian!”

Jesica      : “Memangnya kamu siapa?”

Heri          : “Kita berdua adalah orang yang telah menghilangkan dan membunuh professor.”

Fira           : “Jadi kamu itu Joni?”

Joni          : “Ya, aku adalah Joni. Anak dari orang yang telah meninggal di uji coba itu.”

Caroline   : “Berarti, suamiku meninggal karena kalian.”

Akila         : “Benar, kami pelakunya. Tapi sekarang kami ingin meminta maaf atas perbuatan kami.”

Caroline   : “Tidak ada maaf bagimu!”

Akila         : “Suamimu sendiri yang memulainya!”

Caroline   : “Memulai apa? Dan suamiku salah apa atas kalian?”

Akila         : “Suamimu itu kan yang membunuh ayah kami?”

Joni          : “Benar itu!”

Caroline   : “Tapi ayah kalian sudah membuat surat pernyataan bahwa ia sudah menerima semua resiko yang akan ia hadapi meskipun ia harus meninggal.”

Akila         : “Tapi kenapa kami baru mengetahui surat itu sekarang? Berarti yang salah tidak hanya kami, tapi kalian juga salah karena tidak memberi tahu kami tentang surat itu.”

Caroline   : “Bukannya surat itu ada dua?”

Diki           : “Suratnya memang ada dua.”(menunjukan kedua surat itu)

Caroline   : “Seharusnya salah satu dari surat pernyataan ini dikirim ke keluarga kalian. Aku tidak tahu harus berkata apa pada kalian.”

Diki           : “Sudahlah, semuanya sudah terjadi. Jika nyonya Caroline dapat memaafkan si pelaku, maka tidak akan ada yang dihukum.”

Akila         : “Kenapa aku harus dihukum? Lagi pula aku melakukannya karena dia tidak mengirimkan surat pernyataan itu kepadaku.”

Jesica      : “Sudah! Seharusnya kalian saling meminta maaf dan saling memaafkan! Semua yang telah terjadi biarkanlah berlalu.”

Caroline   : “Kalau begitu aku minta maaf.”

Akila         : “Ya, kami juga minta maaf.”

Joni          : “Iya, kami minta maaf atas perbuatan kami. Saat itu kami tidak tahu harus berbuat apa, ibu kami sudah tiada dan sekarang ayah kami sudah tidak ada pula.”

Fira           : “Kasihan sekali kalian.”

Caroine    : “Bagaimana jika kalian tinggal bersamaku? Disini aku sendirian.”

Akila         : “Apa kamu tidak benci pada kami? Mungkin jika melihat kami anda akan teringat pada suami anda.”

Caroline   : “Tidak apa-apa, saya kan sudah memaafkan pebuatan kalian.”

Diki           : “Apa tugas kita disini sudah selesai?”

Jesica      : “Ya, tugas kita sudah selesai.”

Fira           : “Kalau begitu, nyonya Caroline, Akila, Joni, kami pamit untuk pulang karena tugas kami disini sudah selesai.”

Caroline   : “Oh ya, silahkan.”

Joni          : ”Biar aku antar kalian ke depan.”

Fira           : “Ya, terimakasih. Sampa jumpa.”

Caroline & Akila : “Sampai jumpa.”

Setelah mengantar para detektif ke depan Joni pun mengucapkan salam perpisahan pada mereka. Dan pada akhirnya Akila dan Joni menjadi anak angkat Ibu Caroline. Kemudian mereka memutuskan untuk tinggal di luar negeri. Disana Akila bekerja menjadi pegawai bank, Joni menjadi seorang pedagang buah-buahan, dan Ibu Caroline menikmati masa senjanya dengan bahagia bersama mereka berdua.

Sekian Saja Naskah Drama dari saya Terimakasih.


Naskah Drama Kematian Seorang Profesor

Naskah Drama Kematian Seorang Profesor

Inilah Naskah Drama Yang dibuat Untuk Memenuhi Tugas kita.

Naskah Drama Kematian Seorang Profesor
naskah drama



Pelaku :

Ø  Aldi Setiadi                              sebagai Adi (Ketua ODI)

Ø  Ari Hermawan                         sebagai Heri / Joni (Penjaga Rumah dan Pembunuh)

Ø  Dwicky Darmawan                 sebagai Diki (Anggota ODI)

Ø  Elsa Gusela Dwi Wahyuni      sebagai Akila (Kakak Heri dan Pembunuh)

Ø  Irfa Nasyri Shafira                  sebagai Fira (Anggota ODI)

Ø  Mediana Dewi                         sebagai Jesica (Anggota ODI)

Ø  Siti Fatimah                             sebagai Caroline (Istri Profesor)


Prolog

Suatu hari ada seorang professor yang berasal dari luar negeri datang ke Indonesia untuk melakukan uji coba, tetapi tidak berapa lama profesor itu menghilang secara tiba-tiba dan misterius. Datanglah kelompok ODI (Organisasi Detektif Indonesia) untuk membantu mengungkap sebab hilangnya itu. Ternyata sang pelaku adalah kedua anak dari seorang teman professor yang terbunuh karena dijadikan objek uji coba profesor. Yang mana salah satu dari mereka menyamar sebagai penjaga rumah di rumah profesor. Kedua pelaku merasa tidak terima atas kematian ayahnya sampai melakukan penculikan dan pembunuhan kepada pofesor. Tetapi mereka tidak tahu bahwa ada surat pernyataan bahwa ayahnya telah ikhlas menerima semua konsekuensi dan resiko atas hasil uji coba itu meskipun harus meninggal.

Babak 1

Suatu hari suatu organisasi yang disebut ODI yang ingin mengungkap alasan hilangnya seorang professor datang ke rumah professor tersebut.

Adi            : “Nah, ini dia rumah Prof. James Bryan.”(menunjuk kearah rumah)

Jesica      : “Rumahnya bagus juga.”

Adi            : “Ya, rumah ini memang bagus. Prof. James baru pindah 2 bulan yang lalu ke rumah ini.”

Jesica      : “Oh, kasihan sekali baru pindah sudah menghilang.”

Diki           : “Ish, jangan ngomong kaya gitu.”

Jesica      : “Terserah aku dong.”

Adi            : “Udah diam!”(sambil melotot)

Adi sebagai ketua ODI pun mengetuk pintu rumah professor.

Adi            : “Selamat siang.”

Seorang penjaga rumah pun membukakan pintu dan berkata.

Heri          : “Selamat siang, ada keperluan apa ya?”

Adi            : “Kami dari ODI (Organisasi Detektif Indonesia) ingin bertemu dengan istri Prof. James Bryan.”

Heri          : “Oh ya,  silahkan masuk. Tolong ikuti saya. ”

Babak 2

Semua anggota ODI dibawa ke ruang kerja profesor untuk menemui istrinya yang sedang melamun melihat kearah jendela. Kemudian meminta izin untuk melakukan penyelidikan.

Heri          : “Nyonya, ini ada tamu yang mencari anda.”

Adi            : “Selamat siang nyonya Caroline.”

Caroline   : “Selamat siang.”(melihat kearah jendela)

Adi            : “Perkenalkan kami dari ODI, kami ingin menyelidiki kasus suami anda.”

Caroline   : “Untuk apa?”(berbalik menatap ke Adi)

Fira           : “Kami ingin membantu anda untuk menemukan pelaku yang telah menghilangkan suami anda.”

Caroline   : “Kalau begitu, saya mohon bantuannya.”

Adi            : “Baik, kami akan berusaha sebaik mungkin.  Saya juga mohon izin untuk mengadakan penyelidikan di rumah ini.”

Caroline   : “Ya, silahkan.”

Adi            : “Kalau begitu, saya serahkan semuanya kepada kalian.”(menyuruh ke tiga anggota ODI)

Jesica, Fira, Diki : “Siap!”

Babak 3

Ketua ODI menyerahkan tugas penyelidikan itu kepada anak buahnya dan penyelidikan pun dimulai.

Jesica      : “Sebelumnya, bolehkah saya mengajukan beberapa pertanyaan?”

Caroline   : “Oh ya, silahkan.”

Diki           : “Sebelum profesor menghilang, terakhir kali beliau berada dimana?”

Caroline   : “Kebetulan sekali terakhir kali beliau berada di tempat ini. Ketika itu, sekitar pukul sebelas malam saya datang ke ruangan ini untuk memberikan secangkir kopi. Tetapi keesokan harinya beliau sudah tidak ada. Saya sudah mencarinya keseluruh ruangan tetapi tidak menemukannya. Padahal biasanya beliau selalu menyempatkan diri untuk menemui saya di pagi hari walaupun beliau bekerja sampai larut malam.”

Fira           : “Memangnya professor sedang mengerjakan hal apa, sampai bekerja selarut itu?”

Caroline  : “Setahu saya, beliau sedang memperbaiki proyek uji coba yang gagal 4 bulan lalu.”

Fira           : “Proyek uji coba apa?”

Caroline   : “Proyek itu tentang uji coba suatu obat yang sengaja dibuat oleh professor untuk  mencegah virus yang mematikan yang dapat menyerang manusia.”

Diki           : “Memangnya kenapa proyek uji coba yang pertama itu gagal?”

Caroline   : “Saya tidak tahu, namun yang saya tahu ada satu orang korban yang meninggal saat uji coba itu. Tetapi hal itu dirahasiakan.”

Jesica      : “Kalau begitu, sekarang kita mulai saja untuk mencari petunjuk di ruangan ini.”

Fira dan Diki : “Baik.”

Babak 4

Naskah Drama Terbaru


Di ruangan tersebut ke tiga anggota ODI menemukan beberapa berkas, diantaranya berkas keterangan tentang uji coba, sebuah surat perjanjian dan sesuatu yang sangat penting yang ditemukan oleh Fira yaitu berkas seluruh identitas korban uji coba.

Diki           : “Sepertinya ini berkas keterangan uji coba yang dilakukan profesor.”(sambil terus membaca berkas tersebut)

Jesica      : “Aku menemukan sebuah surat perjanjian yang aneh.”

Fira           : “Hey, coba lihat ini.”

Jesica      : “Bukannya ini foto penjaga rumah yang tadi?”

Diki           : “Kamu temukan ini dimana?”

Fira           : “Ini, aku temuin di berkas orang yang meninggal di uji coba itu, dan disini dikatakan foto ini adalah foto anak dari orang yang meninggal di uji coba itu.”

Ketika sedang memperhatikan wajah yang ada di foto itu, datanglah sang penjaga rumah mengantarkan minuman pada para detektif tersebut.

Heri          : “Ini saya bawakan minum untuk kalian.”

Fira           : “Oh ya, terimakasih, dan tolong panggil nyonya Caroline ke sini.”(memperhatikan wajah si penjaga rumah)

Heri          : “Baik, tunggu sebentar.”

Babak 5

Si penjaga rumah pun pergi  memanggil nyona Caroline, dan nyonya Caroline segera menemui para detektif itu.

Caroline   : “Ada apa memanggil saya?”

Jesica      : “Begini, kami ingin bertanya tentang penjaga rumah anda.”

Caroline   :”Maksud anda Heri?”

Fira           : “Oh, jadi namanya itu Heri? Sejak kapan dia bekerja disini?”

Caroline   : “Iya, namanya Heri. Dia belum lama bekerja disini. Kira-kira 2 bulan yang lalu dia bekerja disini.”

Diki           : “Tapi disini tertulis namanya itu Joni bukan Heri.”(menunju berkas identitas)

 Fira          : “Menurutku dialah pelakunya.”

Jesica      : “Tapi bisa saja kan, itu hanya kebetulan saja.”

Diki           : “Tapi dia patut dicurigai.”

Fira           : “Tenang, disini ada dua orang lagi yaitu anak perempuan dari orang yang meninggal itu. Namanya Akila dan dia seseorang yang bekerja di bidang yang sama dengan ayahnya. Sedangkan yang satunya lagi dia adalah istri dari orang yang meningga itu, tapi istrinya meninggal 2 tahun lalu karena kecelakaan mobil.”

Jesica      : “Mungkin kedua  anaknya ingin balas dendam kepada professor.”

Diki           : “Tapi kenapa harus balas dendam? Kan ada surat pernyataan dimana bahwa ayah mereka telah menyatakan akan menerima segala konsekuen atau resiko yang akan terjadi setelah uji coba itu dilakukan.”

Babak 6

Para detektif pun bingung dan terus mencari petunjuk yang pasti. Tapi, ternyata sang penjaga rumah menguping pembicaraan mereka, dan langsung menghubungi kakaknya Akila.

Heri          : “Halo, Akila aku punya berita penting untukmu.”

Akila         : “Berita apa?”

Heri          : ”Ini tentang professor yang kita bunuh.”

Akila         : “Memangnya ada apa? Apakah ada orang yang tahu bahwa kita pembunuhnya?”

Heri          : “Sampai saat ini orang-orang hanya curiga saja, tapi selain itu ada masalah yang lebih penting.”

Akila         : “Apa?”

Heri          : “Ayah kita ternyata sudah membuat surat pernyataan bahwa ia bersedia menjadi objek  uji coba dan menerima semua konsekuensi dan resiko dari uji coba itu walaupun harus mati.”

Akila         : “Jadi apa yang harus kita lakukan.”

Heri          : “Sebaiknya kita mengakui semua perbuatan kita dan meminta maaf.”

Akila         : “Tapi, tetap saja nyawa harus dibayar nyawa.”

Heri          : “Kitatidak bisa seperti itu, karena ayah kita sudah ikhlas jika dia harus mati.”

Akila         : “Jadi setelah kita mengaku bahwa kita pelakunya apa kita akan baik-baik saja? Aku tidak mau dihukum atas pebuatan kita. Lagipula mereka juga salah tidak memberitahu kita tentang surat pernyataan itu!”

Heri          : “ Sudahlah sebaiknya kita minta maaf secara baik-baik saja. Siapa tahu istri professor dapat memaafkan kita.”

Akila         : “Kalau begitu aku akan segera ke sana sekarang.”

Babak 7

Akila segera bergegas menuju ke rumah profesor. Disampin itu, para detektif sedang mencari bukti untuk meyakinkan siapa pelakunya.

Fira           : “Kenapa ya, aku yakin sekali kalau si penjaga rumah ada kaitannya dengan hilangnya Prof. James?”

Jesica      : “iya, aku juga.”

Fira           : “Aku sangat curiga, tapi kita belum punya bukti untuk menuduh si pelaku.”

Babak 8

Setelah sampai, Akila dan Heri masuk ke ruangan profesor dan mengakui dirinya itu adalah pelakunya.

Akila         : “Sudah, hentikan saja pencarian kalian!”

Jesica      : “Memangnya kamu siapa?”

Heri          : “Kita berdua adalah orang yang telah menghilangkan dan membunuh professor.”

Fira           : “Jadi kamu itu Joni?”

Joni          : “Ya, aku adalah Joni. Anak dari orang yang telah meninggal di uji coba itu.”

Caroline   : “Berarti, suamiku meninggal karena kalian.”

Akila         : “Benar, kami pelakunya. Tapi sekarang kami ingin meminta maaf atas perbuatan kami.”

Caroline   : “Tidak ada maaf bagimu!”

Akila         : “Suamimu sendiri yang memulainya!”

Caroline   : “Memulai apa? Dan suamiku salah apa atas kalian?”

Akila         : “Suamimu itu kan yang membunuh ayah kami?”

Joni          : “Benar itu!”

Caroline   : “Tapi ayah kalian sudah membuat surat pernyataan bahwa ia sudah menerima semua resiko yang akan ia hadapi meskipun ia harus meninggal.”

Akila         : “Tapi kenapa kami baru mengetahui surat itu sekarang? Berarti yang salah tidak hanya kami, tapi kalian juga salah karena tidak memberi tahu kami tentang surat itu.”

Caroline   : “Bukannya surat itu ada dua?”

Diki           : “Suratnya memang ada dua.”(menunjukan kedua surat itu)

Caroline   : “Seharusnya salah satu dari surat pernyataan ini dikirim ke keluarga kalian. Aku tidak tahu harus berkata apa pada kalian.”

Diki           : “Sudahlah, semuanya sudah terjadi. Jika nyonya Caroline dapat memaafkan si pelaku, maka tidak akan ada yang dihukum.”

Akila         : “Kenapa aku harus dihukum? Lagi pula aku melakukannya karena dia tidak mengirimkan surat pernyataan itu kepadaku.”

Jesica      : “Sudah! Seharusnya kalian saling meminta maaf dan saling memaafkan! Semua yang telah terjadi biarkanlah berlalu.”

Caroline   : “Kalau begitu aku minta maaf.”

Akila         : “Ya, kami juga minta maaf.”

Joni          : “Iya, kami minta maaf atas perbuatan kami. Saat itu kami tidak tahu harus berbuat apa, ibu kami sudah tiada dan sekarang ayah kami sudah tidak ada pula.”

Fira           : “Kasihan sekali kalian.”

Caroine    : “Bagaimana jika kalian tinggal bersamaku? Disini aku sendirian.”

Akila         : “Apa kamu tidak benci pada kami? Mungkin jika melihat kami anda akan teringat pada suami anda.”

Caroline   : “Tidak apa-apa, saya kan sudah memaafkan pebuatan kalian.”

Diki           : “Apa tugas kita disini sudah selesai?”

Jesica      : “Ya, tugas kita sudah selesai.”

Fira           : “Kalau begitu, nyonya Caroline, Akila, Joni, kami pamit untuk pulang karena tugas kami disini sudah selesai.”

Caroline   : “Oh ya, silahkan.”

Joni          : ”Biar aku antar kalian ke depan.”

Fira           : “Ya, terimakasih. Sampa jumpa.”

Caroline & Akila : “Sampai jumpa.”

Setelah mengantar para detektif ke depan Joni pun mengucapkan salam perpisahan pada mereka. Dan pada akhirnya Akila dan Joni menjadi anak angkat Ibu Caroline. Kemudian mereka memutuskan untuk tinggal di luar negeri. Disana Akila bekerja menjadi pegawai bank, Joni menjadi seorang pedagang buah-buahan, dan Ibu Caroline menikmati masa senjanya dengan bahagia bersama mereka berdua.

Sekian Saja Naskah Drama dari saya Terimakasih.


No comments